Mengatasi masalah sampah, Desa Baktiseraga, Buleleng telah memiliki Tempat Pembuangan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) untuk sampah organik dan Bank Sampah untuk sampah plastik, sedangkan sampah residu langsung dibawa ke TPA Bengkala. 

Manajemen sampah tersebut berdampak drastis terhadap volume sampah. Kepala Desa Baktiseraga I Gusti Armada ditemui Kamis 10 Juni 2021 mengungkapkan sebelum menerapkan manajemen sampah biasanya warga desa Baktiseraga menghasilkan hingga 12 kubik sampah per hari, namun setelah dipilah sampah organik yang dihasilkan hampir setengah dari dari total keseluruhan. 

Sampah organik yang diolah di TPS3R juga kian menumpuk sehingga perlu dibuatkan tempat baru untuk proses fermentasi sampah yang akan diolah menjadi pupuk organik. 

“Perluasan di belakang sekitar 9x7 meter cukup untuk 8-10 tumpuk sampah yang akan difermentasi. Paling lambat 2-3 hari lagi baru kita bisa pakai karena harus diupacarai dulu,” ujarnya.

Kades Armada mengaku tidak mudah mengajak warga untuk terbiasa memilah sampah rumah tangganya sebelum dibuang. Namun dengan ketegasan dalam menerapkan kebijakan sehingga warga semakin banyak yang paham dan mau memilah sampah. 

“Kami punya aturan pelanggan sampah kita wajib memilah, kalau tidak maka tidak akan diambil. Demikian juga warga yang langsung membuang sampah ke bak transisi, jika tidak dipilah sampah akan dikembalikan. Petugas pengambil sampah juga harus begitu, jika mengambil sampah yang tidak dipilah kami larang ke tempat sampah kita,”imbuhnya.

Persoalan sampah tidaklah mudah apalagi desa Baktiseraga berada di tengah kota. Sejak tahun 2016 Pemerintah Desa mulai membuat manajemen sampah di bawah naungan Bumdes setempat. Dimana di tahun 2020 Baktiseraga mendapatkan support pembangunan TPS3R dari kementerian PUPR yang berjalan hingga saat ini.